BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau
ablasio placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya
di uterus (korpusuteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum
janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang
memungkinkan pengantaran zatnutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini
terlepas dari implantasi normalnya dalammasa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area
plasenta yang terlepas.
Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200
pelahiran. Intensitassolusio plasenta sering bervariasi tergantung pada
seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka kematioan perinatal
sebesar 25 %. Ketika angka lahir matiakibat kausa lain telah berkurang secara
bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta masih tetap menonjol.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya
daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan
yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding
dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak.
Pemandangan yang menipu inilahsebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalamkeadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah
yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu
berada dalam keadaan syok Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan
pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit
hipertensi vaskuler menahun, dan15,5% disertai pula oleh preeklamsia. Faktor
lain yang diduga turut berperansebagai penyebab terjadinya solusio plasenta
adalah tingginya tingkat paritas danmakin bertambahnya usia ibu.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap klien
dengan solusio plasenta
1.2.2
Tujuan
Khusus
1.
Untuk
mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.
2.
Untuk
mengetahui dan memahami macam solusio plasenta.
3.
Untuk
mengetahui dan memahami patologi dan etiologi darisolusio plasenta.
4.
Untuk
mengetahui dan memahami penatalaksanaan keperawatandari solusio plasenta.
5.
Untuk
mengetahui dan memahami tindakan keperawatan yang di lakukan pada klien solusio
plasenta
BAB
2
TINJAUAN
TEORI
2.1 Konsep
Medik
1.
Pengertian
Solusio plasenta adalah Lepasnya
sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya di atas 22 minggu dan
sebelum lahirnya anak (Sulaiman, S, W
et al, 2003)
Solusio plasenta adalah Lepasnya
plasenta dari insersi sebelum waktunya ( Arif, M. 2001).
Solusio plasenta (abruption
plasenta atau accidental haemorage) adalah terlepasnya plasenta yang
letaknya normal pada korpus uteri setelah kehamilan 20 minggu atau sebelum
janin lahir (http://lp-dan-asuhan keperawatan selama 1x24 jam-solusio-plasenta.html).
Solusio plasenta adalah terlepasnya
plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini
hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin
di atas 500 gram (http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/asuhan
keperawatan selama 1x24 jam-solusio-plasenta.html).
Gambar Normal dan Solutio Plasenta
2.
Klasifikasi dan Macam Solusio Plasenta
a. Solusio plasenta ringan
Perdarahannya
kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta kurang dari seperlima bagian.
Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di raba. Tanda gawat
janin belum tampak dan terdapat perdarahan hitam per vagina.
b. Solusio plasenta sedang
Lepasnya
plasenta antara seperempat sampai dua pertiga bagian dengan perdarahan
sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang dan bagian janin sulit di raba.
Janin sudah mengalami gawat janin berat sampaiIUFD. Pemeriksaan dalam
menunjukkan ketuban tegang. Tanda persalinantelah ada dan dapat berlangsung
cepat sekitar 2 jam.
c. Solusio plasenta berat
Lepasnya
plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian. Perut nyeri dan tegang
dan bagian janin sulit diraba, perut seperti papan. Janin sudah mengalami
gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaandalam ditemukan ketuban tampak
tegang. Darah dapat masuk otot rahim,uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia
uteri serta perdarahan pascapartus. Terdapat gangguan pembekuan darah
fibribnogen kurang dari100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai Nampak.
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam
bukunyamengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya,
yaitu:
a. Ringan : perdarahan kurang 100-200
cc, uterus tidak tegang, belum adatanda renjatan, janin hidup, pelepasan
plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 150
mg%.2.
b. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc,
uterus tegang, terdapat tanda prerenjatan, gawat janin atau janin telah mati,
pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma
120-150 mg%.3.
c. Berat : Uterus tegang dan
berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan
plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
3.
Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta
belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi :
a. Faktor kardiorenovaskuler
Glomerulonefritis
kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada
penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh
kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut
mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh
kehamilan. Dapat terlihat solusio plasentacenderung berhubungan dengan adanya
hipertensi pada ibu.
b. Faktor trauma
Trauma
yang dapat terjadi antara lain:
-
Dekompresi
uterus pada hidroamnion dan gemeli.
-
Tarikan
pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas,
versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
-
Trauma
langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
c. Faktor paritas ibu
Lebih
banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa
dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada
wanita multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman diRSUPNCM menunjukkan
peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal
ini dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu makin kurang baik
keadaan endometrium.
d. Faktor usia ibu
Dalam
penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan
kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat
diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi
menahun.
e. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma)
yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di
atas bagian yang mengandung leiomioma.
f. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan
kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan
katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh
darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta . Namun, hipotesis ini
belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu
penggunan kokaindilaporkan berkisar antara 13-35%.7.
g. Faktor kebiasaan merokok
Ibu
yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini
dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih
luas dan beberapa abnormalitas pada mikro sirkulasinya. Sering dalam
penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40%
untuk setiap tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.
h. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal
yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini padakehamilan berikutnya
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki
riwayat solusio plasenta sebelumnya.
i.
Pengaruh
lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena
cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan
lain-lain.
4.
Manifestasi Klinis
a. Solutio plasenta ringan
Terjadi
rupture sinus masrginalis. Bila terjadi perdarahan pervaginamwarna merah
kehitaman, perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang.Tetapi
bagian-bagian janin masih teraba
b. Solution plasenta sedang
Plasenta
telah terlepas seperempat sampai duapertiga luas permukaan.Tanda dan gejala
dapat timbul perlahan seperti pada solution plasenta ringan ataumendadak dengan
gejala sakit perut terus menerus, nyeri tekan, bagian janin sukar di
raba., BJA sukar di raba dengan stetoskop biasa. Sudah dapat terjadi
kelainan pembekuan darah atau ginjal.
c. Solution plasenta berat
Plasenta
telah lepas lebih duapertiga luas permukaannya, terjadi tiba-tiba,ibu syok
janin meningggal. Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri.Perdarahan
pervaginam tidak sesuai dengan keadaan syok ibu. Besar kemungkinan telah
terjadi gangguan pembekuan darah dan ginjal.
5.
Patofisiologi
Solusio plasenta dimulai dengan
terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis dan terbentuknya hematom
subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah miometrium atau plasenta,
dengan berkembangnya hematom subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan
pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Apabila perdarahan sedikit, hematom
yang kecil hanya akan sedikit mendesak jaringan plasenta dan peredaran darah
utero-plasenter belum terganggu, serta gejala dan tandanya pun belum jelas.
Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan plasenta
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang
berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus/tidak
terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan tidak mampu
berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang terjadi.
Akibatnya hematom subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian akan
medesak plasenta sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta akan terlepas
dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian darah akan masuk ke bawah
selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat menembus
masuk ke dalam kantong amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot
miometrium. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan terjadi suatu
kondisi uterus yang biasanya disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana
pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh permukaan uterus
terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada kondisi seperti ini
(Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga akan
mengganggu kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat
diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi
perdarahan post partum yang hebat.
Akibat kerusakan miometrium dan
bekuan retroplasenter adalah pelepasan tromboplastin yang banyak ke dalam
peredaran darah ibu, sehingga berakibat pembekuan intravaskuler dimana-mana
yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu
jatuh pada keadaan hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini
terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak hanya di uterus, tetapi juga pada
alat-alat tubuh lainnya.
6.
WOC
Idiopatik
|
Kardirenovaskuler
|
Usia ibu
|
Trauma
|
Kokain
|
Merokok
|
Hipertensi
|
TD tiba-tiba
|
Terhambatnya
peredaran darah ke jaringan distal
|
Anoksemia
|
Pembuluh
darah distal nekrotik dan rapuh
|
Solusio Plasenta
|
Pembuluh
darah distal pecah
|
Pendarahan
|
Multi
gravida
|
Pelepasan
katekolamin meningkat
|
Fungsi endometrium
|
Vasospasme
pembuluh darah uterus
|
Plasenta
menjadi tipis
|
Risiko terjadi syok hemoragik
|
Paritas ibu
|
Suplai darah kejaringan
|
Gangguan
perfusi jaringan
|
Risiko
tinggi terjadi letal distress
|
Tekanan dalam rahim meningkat
|
Ancaman kematian diri sendiri dan
janin
|
Cemas
|
Terputusanya aliran darah ke
jaringan
|
Infusiensi plasenta
|
Rahim
tegang
|
Nyeri akut
|
7.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
-
Urin
: Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
-
Pemeriksaan
laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu
pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit
plasma.
b. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada
pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :
-
Terlihat
daerah terlepasnya plasenta
-
Janin
dan kandung kemih ibu
-
Darah
-
Tepian
plasenta
Gambar Solutio Plasenta Berdasarkan
Hasil USG
c. Kardioktokgrafi : untuk mengetahui
kesejahteraan janin
8.
Penatalaksanaan
a. Konservatif
Menunda
pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio
plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin
lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk
memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang
masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi
padasolusio plasenta yang nyata secara klinis.
b. Aktif
Pelahiran
janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio
sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan
koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya
sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam
kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi
bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric
yang menghalangi persalinan pervaginam.
9.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada
ibu :
a. Syok hemoragik
b. Gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta dan pada
dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi.
Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok
dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat
nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria
hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara
rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. hipovolemia, secepat mungkin
menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.
c. Kelainan pembekuan darah. Kelainan
pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus
Couvelaire)
Pada
solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium dan terkadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan
ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi
biru atau ungu yang biasa disebut Uterus
couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung
pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada
janin:
a. Fetal distress
b. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
c. Hipoksia dan anemia
d. Kematian
2.2 Konsep
Asuhan keperawatan
1.
Pengkajian
a. Identitas klien secara lengkap
b. Keluhan utama
-
Pasien
mengatakan perdarahan yang disertai nyeri
-
Rahim
keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan
yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
-
Perdarahan
yang berulang-ulang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Darah
terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah yang keluar
sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat.
Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre
eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion
gameli) dll.
d. Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan
pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek
atau trauma uterus .
e. Riwayat psikologis
Pasien
cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal
dan penyebabnya.
f. Pemeriksaan fisik
Keadaan
umum
-
Kesadaran
: composmetis sampai dengan apatis
Tanda-tanda vital
-
Tensi
: normal sampai turun (syok)
-
Nadi
: normal sampai meningkat (> 90x/menit)
-
Suhu
: normal / meningkat (> 37o c)
-
RR
: normal / meningkat (> 24x/menit)
Pemeriksaan
head to toes
-
Kepala
: kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut biasanya rontok
/ tidak rontok.
-
Muka
: biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
-
Hidung
: biasanya ada pernafasan cuping hidung
-
Mata
: conjunctiva anemis
-
Dada
: bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkal
-
Abdomen
Inspeksi
: perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea alba dan
ligra
Auskultasi
: tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
Palpasi
rahim keras, fundus uteri naik
-
Genetalia
Hiperpregmentasi
pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah kehitaman, terdapat
farises pada kedua paha / femur.
-
Ekstimitas
Akral
dingin, tonus otot menurun.
Pemeriksaan Penunjang
-
Darah
: Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
-
USG
untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin.
-
Kardioktokgrafi
: untuk mengetahui kesejahteraan janin
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan b.d.
perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis, akral dingin , Hb turun , muka
pucat, dan lemas .
b. Risiko tinggi terjadinya letal
distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang.
c. Nyeri akut b.d. kontraksi
uterus ditandai terjadi distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus
d. Cemas b.d. kurang terpapar informasi
klien mengenai keadaan patologi yang dialaminya.
e. Risiko terjadinya shock
hemoragik b.d. perdarahan
3.
Intervensi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Gangguan
perfusi jaringan b.d. perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis ,
akral dingin , Hb turun , muka pucat, dan lemas
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan perfusi jaringan
pasien adekuat, dengan kriteria hasil :
·
Conjunctiva tidak anemis
·
Akral hangat
·
Hb normal
·
Muka tidak pucat, dan pasien tidak
lemas.
|
1.
Monitor tanda tanda vital
2.
Observasi tingkat pendarahan
setiap 15-20 menit
3.
Catat intake dan output
4.
Kolaborasi dalam pemberian terapi
infuse isotonik
5.
Kolaborasi dalam pemberian
tranfusi darah apabila Hb rendah
|
TD,
frekuensi nadi yang rendah, frekuensi RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkan gangguan sirkulasi darah
Mengantisipasi
terjadinya shock
Produksi
urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan fungsi ginjal
Cairan
infus isotonic dapat mengganti volume darah yang hilang akibat pendarahan
Tranfusi
darah dapat menggan volume darah yang hilang akibat pendarahan
|
2
|
Risiko
tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta
berkurang .
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan tidak terjadi fetal
distress, dengan kriteria hasil:
·
DJJ normal/terdengar
·
Adanya pergerakan bayi
·
Bayi lahir selamat
|
1.
Jelaskan risiko terjadinya
distress janin/kematian janin pada ibu
2.
Observasi perubahan frekuensi dan
pola DJ janin
3.
4.
Berikan O2 10-12 liter dengan
masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress
|
Memberikan
penjelasan mengenai risiko terjadinya distress janin pada klien membuat
klien kooperatif pada setiap tindakan yang akan diberikan
Penurunan
frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen janin sehingga menyebabkan perubahan
frekuensi jantung janin Meningkatkan supali oksigen janin
|
3
|
Nyeri
akut b.d. kontraksi uterus ditandai terjadi distress / pengerasan
uterus , nyeri
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan klien dapat
beradaptasi dengan nyeri yang dideritanya, dengan kriteria hasil :
·
Klien dapat melakukan tindakan
untuk mengurangi nyeri.
|
1.
Jelaskan penyebab nyeri pada klien
2.
Ajarkan teknik relaksasi distraksi
pernapasan
3.
Berikan posisi yang nyaman (miring
ke kiri / kanan)
4.
Berikan teknik relaksasi massage
pada perut dan punggung
5.
Libatkan suami dan keluarga dalam
tindakan pengontrolan nyeri
6.
Kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik
|
Memberikan
informasi mengani penyabab nyeri yang dideritanya akan membuat klien
kooperatif dengantindakan yang akan diberikan
Teknik
relaksasi distraksi pernapasan dapat mendorong klien relaks dan memberikan
klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat nyeri
Posisi
miring mencegah penekanan pada vena cava
Meningkatkan
relaksasi dan meningkatkan kooping dan kontrol klien terhadap nyeri
Melibatkan
suami dan keluarga dapat memberikan dukungan mental kepada klien
Obat
analgetik dapat mengurangi nyeri yang dirasakan klien dengan memblok impuls
nyeri
|
4
|
Cemas
b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai keadaan patologi yang dialaminya
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan klien tidak cemas
dan dapat mengerti tentang keadaannya, dengan kriteria hasil :
·
Klien melaporkan cemas berkurang
·
Klien tampak tenang dan tidak
gelisah
|
1.
Anjurkan klilen untuk mengemukakan
hal-hal yang dicemaskan
2.
Beri penjelasan tentang kondisi
janin
3.
Beri penjelasan tentang kondisi
klien
4.
Anjurkan keluarga untuk
mendampingi dan memberi dukungan kepada klien
5.
Anjurkan penggunaan/kontinuitas
teknik pernapasan dan latihan relaksasi.
|
Mengungkapkan
perasaan tentang hal-hal yang dicemaskan dapat mengurangi beban pikiran klien
Mengurangi
kecemasan klien mengenai kondisi janinnya
Mengurangi
kecemasan klien mengenai kondisinya
Dukungan
keluarga dapat memberikan rasa aman kepada klien dan mengurangi kecemasan
klien
Memberikan
perasaan rileks sehingga dapat menurunkan kecemasan klien
|
5
|
Risiko
terjadinya shock hemoragik b.d. perdarahan
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan shock hipovolemik tidak terjadi,
dengan kriteria hasil :
·
Perdarahan berkurang
·
TTV normal
·
Kesadaran komposmentis
|
1. Kaji pendarahan setiap 15-30 menit
2. Observasi TTV setiap 15 menit dan
apabila TTV normal, observasi TTV dilakukan setiap 30 menit
3. Awasi adanya tanda-tanda syok,
pucat, keringat dingin, dan kepala pusing.
4.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi cairan
|
Mengetahui adanya gejala syok
sedini mungkin.
Mengetahui kondisi klien dan untuk
mengetahui adanya gejala syok sedini mungkin
Mendeteksi adanya gejala syok
sedini mungkin
Mempertahankan volume cairan
sehingga sirkulasi bisa adekuat
|
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinyasebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta,
accidentalhaemorage. Keadaan klien dengan solutio plasenta memiliki beberapa
macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari
volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus
pendek ataulilitan tali pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat
terlepas, tekanan padavena kafa inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai
penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor
predisposisi solution plasenta itusendiri didapat dan diketahui mulai dari
faktor fisik dan psikologis dengan katalain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan
klien yang dapat mendukung timbulnyasolution plasenta. Adapun komplikasi dari
solusio plasenta pada ibu dan janintergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanyasolusio plasenta berlangsung. Komplikasi
terparah dari solution plsenta dapatmengakibatkan syok dari perdarahan yang
terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu
dan janin.
Penatalaksanaan dari solution plaseenta dapat dilakukan
secarakonservatif dan secara aktif. Masing-masing dari penatalaksaan
tersebutmempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun
keduanya.
3.2 Saran
1.
Diharapkan
perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami dari
solution plasenta.
2.
Perawat
serta tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan faktor risiko dari
solution plasenta demi mempertahankan dan meningkatkanstatus derajat kesehatan
ibu dan anak.
3.
Mahasiswa
dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatanmampu menguasai baik
secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara
menyeluruh.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous. (2008).
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio-plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-periode-1-januari-2002-31-desember-2006/
Anonimous. (2009). Askep Solusio
Plasenta. (Akses tanggal 16 Oktober 2010). http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/askep-solusio-plasenta.html
Anonimous. (2009). Solusio Plasenta.
(Akses tanggal 16 Oktober 2010). http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/solusio-plasenta.html#axzz0y6Pwti9X
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Limas, Endri. (2010). Askep dan LP
Solusio Plasenta. (Akses tanggal 16 Oktober 2010). file:///H:/lp-dan-askep-solusio-plasenta.html
Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarata : EGC.
NANDA, 2007. Nursing Diagnoses :
Definition and Clssification 2007 – 2008, NANDA
International, Philadephia.