Minggu, 01 Juli 2012

Askep Kehamilan Ektopik


BAB I
PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.  Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. 
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. 
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda. 
Kehamilan ektopik terganggu menyebabkan keadaan gawat pada reproduksi yang sangat berbahaya. Berdasarkan data dari The Centers for Disease Control and Prevention menunjukkan bahwa kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat drastis pada 15 tahun terakhir. Menurut data statistik pada tahun 1989, terdapat 16 kasus kehamilan ektopik terganggu dalam 1000 persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992 dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan. 
Dari penelitian yang dilakukan Budiono Wibowo di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSUPCM) Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada kelompok umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6% (1). Kasus kehamilan ektopik terganggu di RSUP dr. M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994) ditemukan 62 kasus dari 10.612 kehamilan.  Menurut data yang diperoleh dari di Ruang Camar III bagian Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, kasus kehamilan ektopik menduduki peringkat ke-8 dari 10 kasus Ginekologi terbanyak pada tahun 2004. 

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 
1.              Untuk mengetahui defenisi dari Kehamilan Ektopik Terganngu. 
2.              Untuk mengetahui etiologi terjadinya Kehamilan Ektopik Terganngu. 
3.    Untuk mengetahui kalangan usia yang rentan terhadap terjadinya Kehamilan Ektopik Terganngu. 
4.    Sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan dan sebagai bahan aplikasi jika mengambil profesi nantinya. 





BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik merupakan suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan gawat.kegawatan ini terjadi pada kehamilan ektopik terganggu.hal yang perlu di perhatikan adalah bahwa wanita pada masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri bagian bawah,perlu di pikirkan adanya kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektofik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi diluar cavum uterus. Implantasi dapat tejadi dituba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen. Namun, kejadian kehamilan ektofik yang terbanyak adalah di tuba falopi (Murria,2002).
Kehamilan ektopik adalh kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus.kehamilan intra uterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karna pada pars interstisialis tuba dan kanalis sevikalis masih dalam uterus tapi bersifat ektopik.tuba falopii merupakan tempat tersering terjadinya implantasi kehamilan ektopik(lebih besar dari 90%)
Kehamilan intra uterin dapat di temukan bersamaan dengan kehamilan ekstra uterin.dalam hal ini di bedakan 2 jenis yaitu combined ectopid pregnancy dimana kehamilan intra uterin dapat pada waktu yang sama dengan kehamilan ekstra uterin dan compound ectopic pregnancy yang merupakan kehamilan esktra uterin lebih dahulu dengan janin sudah mati dan menjadi litopedion.
Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan ektopik  :
ü  Pars interstitial tuba
ü  Pars ismika tuba
ü  Pars ampuralis tuba
ü  Kehamilan infundibulum tuba
ü  Kehamilan abdominal primer atau sekunder
ü  Kehamilan ovarial
ü  Kehamilan intraligamenter
ü  Kehamilan servikal
ü  Kehamilan tanduk rahim rudimenter

2.2  Etiologi kehamilan ektopik
Etiologi kehamilan ektopik sebagian besar belum di ketahui.tiap kehamilan di ketahui dengan pertumbuhan telur di bagian ampula tuba,dan dalam perjalanan ke uterus mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba falopii.faktor yang berperan dalam hal ini adalah sebagai berikut:
1.      Faktor dalam lumen
a.    Endosalpingitis dapat menyebabkan endosalping sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantung batu.
b.    Hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok sehingga sering di sertai dengan gangguan fungsi silia endosalping.
c.    Oprasi plastic tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna.
2.      Faktor uterus :
ü  Tumor rahim yang menekan tuba
ü  Uterus hipoplastis
3.      Faktor Tuba :
a.       Gangguan pada lumen tuba :
ü    Infeksi
ü    Hipoplasia
ü    Operasi plastik pada tuba
b.      Gangguan diluar tuba :
ü    Endometriosis tuba
ü    Divertikel pada lumen tuba
ü    Perlekatan sekitar tuba
ü    Migrasi eksternal
4.      Faktor Ovum :
ü Migrasi eksterna dari ovum
ü Perlekatan membarana granulose
ü Rapid cell devision
ü Migrasi internal ovum

2.3  Tanda dan gejala kehamilan ektopik
1.      Gejala kehamilan awal(flek atau perdarahan yang ireguler,mual,pembesaran payudara,perubahan warna pada vagina dan servik,perlunakan serviks,pembesaran uterus,frekuensi meningkat).
2.      Nyeri pada abdomen dan pelvis
a.       Tanda gejala  Kehamilan ektopik yang belum terganggu :
ü  Kehamilan muda atau abortus imminens
ü  Terlambat haid
ü  Mual dan muntah
ü  Pembesaran payudara
ü  Hiperpigmentasi areola dan garis tengah perut
ü  Peningkatan rasa ingin berkemih
ü  Porsio livide
ü  Pelunakan serviks
ü  Perdarahan bercak berulang
ü  Tanda-tanda tidak umum dari hasil pemeriksaan bimanual pada tahapan ini :
-          Adanya masa lunak diadneksa
-          Nyeri goyang porsio
b.      Tanda gejala kehamilan ektopik yang terganggu
ü  Kolaps dan kelelahan
ü  Denyut nadi cepat dan lelah
ü  Hipotensi
ü  Hipovelemia
ü  Abdomen akut dan nyeri pelvis
ü  Distensi abdomen
ü  Nyeri lepas
ü  Pucat
c.       Gambaran klinis yang dijumpai bisa akut atau sub akut antara lain :
ü  Rasa sakit dan nyeri
ü  Amenorea
ü  Perdarahan
ü  Teraba masa tumor
ü  Jatuh dalam syok
ü  Mual dan muntah-muntah
ü  Pengeluaran jaringan desidual cast
ü  Febris
ü  Sakit dibahu 
2.4  Patofisiologi
Proses implantasi ovum terjadi dituba pada dasarnya sama hanya dicavum uteri. Telur bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Secara kolumner  telur berinvlantasi di ujung atau sisi jonjot endosalping.perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresorbsi. Pada nidasi interkolumner telur  bernidasi antara 2 jenjot endosalving.
Setelah tempat tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan yang menyerupai desi dua  dan dinamakan pseudokapsularis, karena pembentukan desidua tidak sempurna maka dengan mudah vili korealis menembus endosalping dan masuk lapisan otot dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Dibawah pengaruh hormone estrogen dan progesterone dari korpus luteum gravidarum dan trofoblast uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua. Sel epitel membesar  dengan intinya hipertropik, hiperkromatik, lobuler dan membentuk tidak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa kadang ditemukan mitosis. Perubahan ini hanya ditemukan pada sebian kehamilan ektopik. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping , tetapi kadang-kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh desidua yang degenerative.









2.5 
Fertialisasi ditampula tuba
 
WOC













 





















                                                                                                             

2.6  Pemeriksaan Penunjang
1.    Pemeriksaan laboratorium : Hb seri setiap 1 jam menunjukkan penurunan kadar Hb
2.    Adanya lekositosis.
3.    Kuldosentesis Fungsi ( Douglas fungsi )  :
a.    Untuk mengetahui adakah darah dalam kavum douglasi
b.    Bila keluar darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku atau hanya berupa bekuan-bekuan kecil diatas kain kasa maka hal ini dikatakan positif ( fibrinasi ) dan menunjukkan adanya hematoma trouterina
c.    Bila darah segar berwarna merah dan dalam beberapa menit membeku ; hasil negative karena darah ini berasal dari arteri atau vena  yang kena tusuk.
4.    Dengan cara diagnostic laparoskopik
5.    Dengan cara ultrsonografi

2.7  Penatalaksanaan pada kehamilan Ektopik
  1. Penderita yang disangka KET harus segera dirawat inap dirumah sakit untuk penanggulanggannya
  2. Bila wanita dalam keadaan syok perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian cairan yang cukup ( dekstrose 5%, glukosa 5%, garam fisiologis) dan transfusi darah.
  3. Setelah didiagnosis  jeals atau sangat disangka KET dan keadaan umum baik atau lumayan, segera lakukan laparatomi untuk menghilangkan sumber perdarahan ; dicari,diklem dan dieksisi sebersih mungkin ( salpingektomi ) kemudian diikat sebaik-baiknya.
  4. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat
  5. Berikan antibiotika yang cukup dan obat anti inflamasi 


2.8  Komplikasi
  1. Haemoragie
  2. Syok
  3. Infeksi
  4. Subileus
  5. Sterilitas

2.9  Asuhan Keperawatan
  1. Pengkajian
a.    Anamnesis dan gejala klinis
1.    Riwayat terlambat haid
2.    Gejala dan tanda kehamilan muda
3.    Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
4.    Terdapat aminore
5.    Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
6.    Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
b.    Pemeriksaan fisik
1.    Inspeksi
-          Mulut            : bibir pucat
-          Payudara       : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
-          Abdomen      : terdapat pembesaran abdomen.
-          Genetalia       : terdapat perdarahan pervaginam
-          Ekstremitas  : dingin
2.    Palpasi
-    Abdomen     :    Uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
-   Genetalia         :  Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
3.    Auskultasi
-    Abdomen     :    Bising usus (+), DJJ (-)
4.    Perkusi
- Ekstremitas : reflek patella + / +

  1. Diagnosis Keperawatan
1.      Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
2.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
3.      Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
4.      Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.







  1. Intervensi keperawatan
ü  Diagnosis 1: Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
ü  Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
No
Rencana Inervensi
Rasional
1
Lakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga.
Pasien dan keluarga lebih kooperatif
2
Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini
pasien mengerti tentang keadaan dirinya dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
3
Observasi TTV dan observasi tanda akut abdoment.
parameter deteksi dini adanya komplikasiyang terjadi.
4
Pantau input dan output cairan
Untuk mengetahui kesaimbangan cairan dalam tubuh
5
Pemeriksa kadar Hb
mengetahui kadar Hb klien sehubungan dengan perdarahan.
6
Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut.
melaksanakan fungsi independent.








ü  Diagnosia 2: Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
ü  Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya: Tanda-tanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian kapilerbaik, haluaran urine adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti biasa.
No
Tindakan intervensi
Rasional
1
Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Memberikan informasi tentang derajat/adekuat perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2
Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.
Vasokonstriksi menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan pasien/ kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan.
3
Kolaborasi dengan tim medis yang lain, awasi pemeriksaan lab: misalnya: HB/HT
Mengidentifikasi defisiensi dan kebuutuhan pengobatan atau terhadap terapi.








ü  Diagnosis 3: Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial.
ü  Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka yang kesakitan.
No
Rencana Intervensi
Rasional

Mandiri:

1
Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi ataunyeri tekan abdomen.
Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan. Ketidak nyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatiosa karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infuse oksitosin. Rupture kehamilan ektropik mengakibatkan nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat tuba falopi rupture ke dalam abdomen.
2
Kaji steres psikologi ibu/pasangan dan respons emosional terhadap kejadian.
Ansietas terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidak nyamanan karena syndrome ketegangan, ketakutan, dan nyeri..
3
Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan klien untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya: napas dalam, visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.
Dapat membantu dalam menurunkan tingkat asietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.

Kolaborasi:

1
Berikannarkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan.
Meningkatkan kenyamanan, menurunkan komplikasi pembedahan
5
Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi
Tingkatkan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.

ü  Diagnosis 4: Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
ü  Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
No
Rencana Intervensi
Rasional
1
Menjelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi hemoragia.
Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan konsep pikiran ibu mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan menurunkan sters yang berhubungan dengan prosedur yang diberikan.
2
Berikan kesempatan bagi ibu untuk mengaji\ukan pertanyaan dan mengungkapkan kesalah konsep
Memberikan klisifikasi dari konsep yang salah, identifikasi masala-masalah dan kesempatan untuk memulai mengembangkan ketrampilan penyesuaian (koping)
3
Diskusikan kemungkinan implikasi jangka ependek pada ibu/janin dari kedaan pendarahan.
Memberikan informasi tentang kemungkinan komplikasi dan meningkatkan harapan realita dan kerja sama dengan aturan tindakan.
4
Tinjau ulang implikasi jangka panjang terhadap situasi yang memerlukan evaluasi dan tindakan tambahan.
Ibu dengan kehamilan ektropik dapat memahami kesulitan mempertahankan setelah pengangkatan tuba/ovarium yang sakit.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut:
  1.  Kehamilan Ektopik Terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.
  2. Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu, yaitu:
·       Faktor mekanis
·       Faktor fungsional
·       Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
·       Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.
3.      Kalangan usia yang rentan terhadap Kehamilan Ektopik Terganggu adalah antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
3.2 Saran
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini akibat keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis menyarankan agar kegiatan seperti ini agar kiranya dapat slalu dilakukan untuk menambah ilmu dan pengetahuan serta sebagai bahan aplikasi jika kelak mengambil profesi dan terjun dimasyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Purwaningsih, Ningsi & Fatmawati, Siti. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika



Tidak ada komentar:

Posting Komentar